AFATUL ISAN

blogger templates
TUJUAN DARI MEMPELAJARI AFATUL LISAN

  1. Menjauhi dosa-dosa besar dan segera bertaubat jika pernah melakukannya.
  2. Mengetahui dan memahami bahaya lidah yang dapat menjerumuskan ke dalam neraka.
  3. Menjaga dan memelihara lidah dari berbagai bentuk kemaksiatan karena takut akan ancaman Alloh SWT dengan cara meninggalkan bentuk-bentuk bahaya lidah.
  4. Menggunakan lidahnya sesuai dengan petunjuk Alloh dan Rasul-Nya, sehingga senantiasa benar lisannya dan memperoleh kebahagiaan dengan cara mengoptimalkan seluruh aktivitas lisannya di jalan Alloh SWT.

MAKNA AFATUL LISAN

  • Afatul lisan atau bahaya lidah, adalah bahaya yang bisa ditimbulkan oleh lidah atau kata-kata kita, (bukan berarti lidah selalu membawa mudharat bagi manusia, karena lidah juga bermanfaat bagi manusia).
  • Dengan lidah seseorang dapat berbicara dan menyampaikan maksud yang diinginkan.
  • Namun harus disadari pula bahwa betapa banyak orang yang tergelincir karena lidahnya karena ketidakmampuan menjaga lidah dari ucapan dan kata-katanya, sehingga seorang muslim haruslah memahami bahaya dari lisan sebagaimana juga memahami akan manfaat dari lisan tersebut.
  • 2 hal penting yang sering diingatkan islam kepada kita manusiaadalah menjaga dan memelihara dengan baik lidah dan tingkah laku. Rasulullah SAW bersabda: “ Barangsiapa beriman kepada Alloh dan hari Qiyamat, hendaklah berkata baik atau diam.”
  • Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya”.
  • Ada ungkapan dari Husain ra yang bisa menjadi pertimbangan bagi kita, “ seseorang yang menceritakan keburukan orang lain dihadapanmu, boleh jadi dia akan menceritakan keburukanmu (juga) pada orang lain.”

Hakikat lidah
  • Lidah adalah nikmat Alloh yang paling besar bagi manusia. Maka wajib bagi manusia memeliharanya dari dosa dan kemaksiatan, menjaganya dari ucapan-ucapan yang bisa menimbulkan penyesalan dan kerugian.
  • Lidah menjadi saksi pada hari kiamat. Dalam Q.S. An Nuur: 24, Alloh SWT berfirman, “ Pada hari ketika lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa-apa yang dahulu mereka kerjakan”.
  • Lidah dapat membawa seseorang masuk ke dalam surga Alloh SWT bila digunakan untuk taat kepada-Nya, sebaliknya lidah dapat menjerumuskan seseorang ke dalam neraka jika tidak digunakan untuk taat kepada Alloh SWT.
  • Lidah dapat menjadikan halal yang tadinya haram ( seperti pada akad nikah), dan menjadikan haram yang tadinya halal ( seperti pada kasus perceraian).
  • Lidah dapat menjadikan seseorang kafir ( Q.S. Al Maidah: 72) atau kembali kepada islam, menyebabkan permusuhan bahkan peperangan, tetapi juga dapat menjadikan damai.
  • Lidah adalah alat penting yang bisa dimanfaatkan oleh syaithan dalam menjerumuskan manusia. Lidah yang digunakan dengan cara yang tidak semestinya dalam berbicara, dapat membangkitkan keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya, seperti Firman Alloh dalam Q.S. Al Ahzab: 32
  • “Maka janganlah kamu tunduk ( melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya ( mempunyai niat berbuat serong), dan ucapkanlah perkataan yang baik”.

Macam-macam bentuk bahaya lidah
  1. Ungkapan / bicara yang tidak berguna (tidak perlu)
  2. Berbicara yang berlebihan
  3. Ungkapan yang mendekati kebatilan dan maksiat
  4. Berbantahan, berdebat, dan bertengkar
  5. Banyak omong yang dilebih-lebihkan karena ingin menang/ mendapatkan haknya (ngotot).
  6. Bercanda dan bersendau gurau
  7. Ungkapan yang menyakitkan (berkata keji, jorok, dan mencaci).
  8. Melaknat ( manusia, binatang ataupun benda)
  9. Bernyanyi dan bersyair
  10. Membuka / membocorkan / menyebarkan rahasia
  11. Berfasih-fasih dalam berbicara untuk menarik perhatian.
  12. Dusta atau berbohong dalam perkataan, janji dan sumpah.
  13. Ghibah (menceritakan keburukan orang lain)
  14. Sanjungan yang menjerumuskan
  15. Namimah ( adu domba dan menghasut / memfitnah)
  16. Mengejek dan mencemooh ( menyebutkan hal yang bikin malu / kejelekan diceritakan untuk ditertawakan)
  17. Bertanya yang bukan-bukan, hingga memberatkan orang yang menjawab).


1.Ungkapan / bicara yang tidak berguna
Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang mampu menjaga apa yang terdapat antara dua janggut dan apa yang ada diantara dua kaki, maka aku jamin dia masuk surga.” (Muttafa’alaih).
“ Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yg menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yg jaraknya lebih jauh antara timur dan barat”. (Muttafaq’alaih, dari Abu Hurairah).
“Tiada suatu ucapanpun yg diucapkan, melainkan ada didekatnya Malaikat Pengawas yg selalu hadir (Raqib & Atid)”. ( Q.S. Qoof: 18).

2. Berbicara yang berlebihan
Banyak berbicara tanpa berdzikir kepada Alloh akan mengeraskan hati dan menjauhkan diri dari Alloh SWT.
Menuju surga cepat dengan lisan, menuju nerakapun cepat dengan lisan.
Nabi SAW pernah bersabda;
“Tidak akan lurus keimanan seorang hamba, sehingga lurus pula hatinya, dan tiada akan lurus hatinya, sehingga lurus pula lidahnya. Dan seorang hamba tidak akan memasuki surga selagi tetangganya belum aman dari kejahatannya. “
Rasulullah SAW bersabda : “Beruntunglah orang yang dapat menahan kelebihan bicaranya, dan menginfakkan kelebihan hartanya “ (HR. AlBaghawiy).

Alloh SWT memberikan batasan tentang pembicaraan agar arahan pembicaraan kita bermanfaat dan berdampak terhadap sesama, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. An Nisa’ : 114 :
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhoan Alloh, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”.

3. Ungkapan yang mendekati kebatilan dan maksiat
Melibatkan diri dalam pembicaraan yang bathil / maksiat adalah perbuatan yang haram, yang akan membuat pelakunya binasa. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan ucapan yang Allah murkai, ia tidak menduga akibatnya, lalu Allah catat itu dalam murka Allah hingga hari kiamat”. (HR Ibnu Majah).
Ingat sabda Rasulullah SAW, “ Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan Hari Akhir, ucapkanlah yang bermanfaat, atau lebih baik diam saja”.

4. Berbantahan, berdebat dan bertengkar
Debat adalah menentang ucapan orang lain, untuk menyalahkan secara lafadz dan makna.
Biasanya debat yang tidak disertai akhlaq dan adab yang tinggi, akan lebih banyak mengundang pertengkaran dan permusuhan yang merugikan.
Rasulullah SAW mengingatkan bahwa perdebatan hanyalah akan membawa kepada kesesatan setelah datangnya petunjuk.
Alloh SWT berfirman dalam Q.S An Nahl: 125
Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”.

Ada 2 etika debat yang perlu dipatuhi:

  1. Hindari penggunaan bahasa yang rendah, tindakan yang kasar, dan tidak menghormati pemikiran lawan. Jika perlu adakan penengah, dan beri hak untuk memberi kartu kuning atau merah, bahkan ‘menskors’ pendebat yg melanggar disiplin debat dan aturan.
  2. Hendaklah lebih banyak mencari titik persamaan, dan kurangi usaha untuk mencari titik perbedaan. Lebih banyak persamaan yang ditemui, lebih banyak hasil yang diperoleh.


Dalam Q.S. Saba’: 24-26 juga dijelaskan tentang debat Nabi SAW dengan musyrikin yang bisa dijadikan contoh untuk dipelajari disiplin, akhlaq, dan etikanya.

5. Banyak omong yang dilebih-lebihkan untuk mendapatkan haknya (ngotot).
Secara lahiriyah, mulut manusia itu banyak mengandung virus, terlebih secara batiniyah. Itulah sebabnya ketika Rasulullah SAW didatangi seseorang yang hendak menanyakan tentang islam dengan satu pertanyaan yang tidak perlu lagi disusul dengan pertanyaan lainnya, maka Rasulullah memberi jawaban singkat: “katakanlah aku beriman kepada Alloh, kemudian beristiqomahlah. Sahabat tersebut bertanya, dengan cara apa kami memeliharanya? Rasulullah memberi isyarat kepada lisannya. Islam itu bukan terletak pada simbol-simbol, seperti kyai, haji, tuan guru, syekh, atau habib. Letak islam itu pada tampilan akhlaqnya, terutama pada kemampuannya untuk menjaga mulutnya.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat, adalah orang-orang yang buruk akhlaknya di antara kamu, yaitu orang yang banyak bicara, menekan-nekan suara, dan menfasih-fasihkan kata”. (HR. Ahmad)

Abu Bakar bin Iyasy mengatakan, ada 4 orang pembesar kerajaan, yaitu raja India, Raja China, Kaisar, dan Sultan, berkumpul dalam suatu majelis. Salah seorang diantara mereka berkata, “Aku menyesal atas apa yang pernah aku katakan, dan aku tidak menyesal atas apa yang belum aku katakan”. Yang ke-2 menyahut, “Jika aku berkata dengan sepatah kata, sesungguhnya perkataan itu menguasaiku, sementara aku tidak menguasainya. Tetapi jika aku tidak mengatakannya, aku dapat menguasai kata itu dan dia tidak dapat menguasaiku”.
Yang lain kemudian menyampaikan pendapatnya ttg perkataan juga, “Sangat aneh orang yang berbicara, terkadang perkataannya membahayakannya, terkadang pula mendatangkan manfaat baginya”. Sedangkan yang ke-4 mengakhiri pembicaraan dengan satu pendapat, “Aku dapat menyangkal apa yang belum aku ucapkan. Aku lebih mampu untuk melakukan itu daripada menyangkal apa yang telah aku ucapkan”.

6. Bercanda dan sandau gurau
Bercanda yang benar sajalah yang dibenarkan dalam islam.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku juga bersendau gurau, dan aku tidak akan mengatakan kecuali yang benar saja”.
Seperti kisah Rasulullah bersama seorang nenek yang menanyakan apakah dia (nenek) tsb akan masuk surga. Dan dijawab oleh Rasulullah bahwa hanya orang muda saja penghuni surga. Si nenekpun terkejut, dan akhirnya Rasulullah menerangkan bahwa biarpun orang tua akan menjadi muda kembali bila masuk surga.

Dan sesungguhnya Alloh sangat murka pada sesuatu yang berlebihan, termasuk tertawa. kebiasaan ini juga akan menurunkan kewibawaan seseorang.
Islam adalah agama yang serius, bukan untuk dijadikan bahan tertawaan. Dalam suatu Hadits menyebutkan bahwa bercanda itu menyempitkan hati. Rasulullah SAW bila sedang tertawa, hanya senyumanlah yang selalu menghiasi pribadi beliau.
Umar bin Khatthab berkata : “Barang siapa yang banyak bercanda, maka ia akan diremehkan/dianggap hina”.

7. Ungkapan yang menyakitkan (berkata keji, jorok, dan mencaci)
Berkata keji, jorok adalah pengungkapan sesuatu yang dianggap jorok/tabu dengan ungkapan vulgar, misalnya hal-hal yang berkaitan dengn seksual, dsb. Hal ini termasuk perbuatan tercela yang dilarang agama. Nabi bersabda :
“Jauhilah perbuatan keji. Karena sesungguhnya Allah tidak suka sesuatu yang keji dan perbuatan keji” dalam riwayat lain :”Surga itu haram bagi setiap orang yang keji”. HR. Ibnu Hibban
“Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji dan jorok” (HR. At Tirmidzi).
Untuk itu Imam Al Bashri mengemukakan bahwa lidah orang berakal itu terletak dibelakang akalnya. Jika ia hendak berkata, dipikirkannya lebih dahulu. Kalau perkataan itu kira-kira akan bermanfaat baginya, ia akan mengucapkannya. Kalau dirasakannya akan membahayakan dirinya, ia memilih diam. Sedangkan hati orang yang bodoh terletak dibelakang lidahnya, jika ia mau berkata, tanpa dipikir dahulu, langsung saja diucapkannya.

Ucapan keji dan mungkar tidak akan mendatangkan ridha Alloh, sesungguhnya syaitan itu telah menimbulkan perselisihan diantara manusia.
“Termasuk dalam dosa besar adalah mencaci maki orang tua sendiri” Para sahabat bertanya : “Bagaimana seseorang mencaci maki orang tua sendiri? Jawab Nabi: “Dia mencaci maki orang tua orang lain, lalu orang itu berbalik mencaci maki orang tuanya”. HR. Ahmad.
Ibnu Assikit berkata: “seseorang justru tertimpa celaka karena lidahnya, dan tidaklah ia terkena bahaya lantaran terpeleset kakinya, apabila ia terpeleset kakinya ia akan sembuh kembali dalam waktu yang tidak lama, tetapi apabila ia terpeleset karena perkataannya, bisa saja ia akan kehilangan kepalanya".

8. Melaknat ( manusia, binatang, dan benda)
Hakekat laknat adalah menjauhkan sesuatu dari rahmat Alloh SWT. Seseorang yang melaknat berarti telah menyatakan bahwa sesuatu telah dijauhkan dari rahmat Alloh, padahal itu termasuk perkara ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Alloh. Maka perbuatan seperti ini termasuk berdusta dan mengada-ada atas nama Alloh.

Beberapa hadits tentang larangan melaknat seseorang:

  1. “Melaknat seorang mukmin adalah seperti membunuhnya”. (Muttafaqun “alaihi).
  2. “Tidak pantas bagi seorang shiddiq ( orang yang mengikuti kebenaran) menjadi tukang laknat.” (HR. Muslim)
  3. “Tukang-tukang laknat tidak akan menjadi pemberi syafaat dan pemberi kesaksian pada hari kiamat.” (HR. Muslim)
  4. “Seorang mukmin bukanlah tukang cela dan tukang laknat, dan bukanlah orang yang berkata keji lagi kotor.” (HR. Tirmidzi)
  5. “Apabila sebuah laknat terucap dari mulut sesorang, maka ia (laknat itu) akan mencari sasarannya. Jika ia tidak menemukan jalan menuju sasarannya, maka ia akan kembali kepada orang yang mengucapkannya.” (dari Silsilah Hadits Shahih).

Dari Imran bin Hushain berkata: “Ketika Rasulullah SAW berada dalam sebuah lawatan, tiba-tiba seorang wanita dari kalangan Anshar mengutuk onta yang ditungganginya karena jengkel. Rasulullah yang mendengar ucapannya itu lantas bersabda; “Ambillah barang-barang yang ada diatas punggung onta itu dan lepaskanlah onta itu sebab onta itu dilaknat.” Imran berkata: “Sekarang aku melihat wanita itu berjalan ditengah keramaian, namun tidak ada satu orangpun yang menegurnya.” (HR. Muslim). Dalam riwayat lain dari Abu Barzah berbunyi: “ Janganlah menyertai kami onta yang telah dilaknat.” (HR. Muslim). Maksudnya adalah teguran keras kepada wanita yang telah melaknat ontanya tadi karena onta tersebut bertasbih kepada Alloh dan tidak berhak dilaknat. Rasulullah melarang wanita tadi menyertai rombongan dengan menunggang onta tsb. Rasulullah tidak melarang menyembelih atau menjual onta tsb.

9. Bernyanyi dan bersyair
Dalam Q.S. Luqman: 6 Alloh berfirman:
“Dan diantara manusia (ada) yang mempergunakan lahwal hadits (perkataan yang tidak berguna) untuk menyesatkan manusia dari jalan Alloh tanpa pengetahuan dan menjadikan Alloh itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.”
Ibnu Abbas berkata bahwa ‘lahwal hadits’ diatas berarti ‘nyanyian’. (Ibnu Abbas adalah seorang sahabat yang mendapat do’a dari Rasulullah SAW, “ Ya Alloh… anugerahkan kefaqihan kepadanya dalam agama ini dan ilmu ta’wil.”

Dalam Q.S. An-Najm: 59-61, Alloh juga berfirman:
“Maka apakah merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis, sedang kamu bernyanyi-nyanyi (melengahkannya)?”

Rasulullah SAW bersabda : “ Akan muncul dari kalangan ummatku sekelompok orang yang menghalalkan farj (perzinahan), sutera, khamr, dan alat-alat musik” (H.R. Bukhari).
Nyanyian dan musik merupakan 2 pintu yang dilalui syetan untuk merusak hati dan jiwa.

Imam Ibnu Qayyim berkata “ diantara tipu daya syetan-musuh Alloh- dan diantara jerat yang dipasangnya untuk orang yang sedikit ilmu, akal, dan agamanya, shg orang tsb terjebak kedalamnya, untuk mendengarkan kidung dan nyanyian yang diiringi musik yang diharamkan.

Bersyair secara umum bukanlah perbuatan terlarang jika di dalamnya tidak
terdapat ungkapan yang buruk. Buktinya Rasulullah pernah memerintahkan Hassan bin Tsabit untuk bersyair melawan syairnya orang kafir.


Ada bbrp nyanyian yang diperbolehkan, antara lain:

  1. Menyanyi pada Hari Raya. Hal ini berdasarkan dari hadits Aisyah: “ Suatu ketika Nabi SAW masuk ke bilik Aisyah, sedang disisinya ada 2 org hamba sahaya wanita yg masing-masing memukul rebana ( dlm riwayat ia berkata:… dan disisi saya terdapat 2 orang hamba sahaya yang sedang bernyanyi), lalu Abu Bakar mencegah keduanya. Tetapi Rasulullah SAW malah bersabda: “Biarkanlah mereka karena sesungguhnya masing-masing kaum memiliki hari raya, sedangkan hari raya kita adalah pada hari ini.” (H.R. Bukhari).
  2. Menyanyi dengan rebana ketika berlangsung pesta pernikahan, untuk menyemarakkan suasana sekaligus memperluas kabar pernikahannya. Rasulullah SAW bersabda: “Pembeda antara yang halal dan yang haram adalah rebana dan suara (lagu) pada saat pernikahan.” (H.R. Ahmad).
  3. Nasyid islami (nyanyian islami tanpa diiringi musik) yang disenandungkan saat bekerja sehingga bisa lebih membangkitkan semangat, terutama jika didalamnya terdapat do’a. Nyanyian yang mengandung pengesaan Alloh, kecintaan kepada Rasulullah SAW, atau mengandung anjuran berjihad,cteguh pendirian, dan memperbaiki akhlak, serta hal-hal lain yang bermanfaat untuk masyarakat islam, baik dalam agama atau akhlak mereka.

10. Membuka/membocorkan/menyebarkan rahasia
Menyebarkan rahasia akan mengecewakan orang lain, meremehkan hak sahabat dan orang yang dikenali.
Membuka rahasia rumah tangga kepada pihak lain sama sekali tidak mendatangkan keuntungan, justru bencana dan malapetaka. Rumah tangga bisa berantakan karena salah satu pihak merasa tersinggung dan terhina karenanya. Bahkan tidak tertutup kemungkinan jika kemudian masalahnya berkembang sampai akhirnya terjadi perceraian.
Dari abu Said Al Khudri r.a, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya sejelek-jelek orang disisi Alloh pada hari kiamat kelak adalah suami yang sudah mencurahkan segala kasih sayangnya kepada istrinya, dan istrinyapun sudah menyerahkan kasih sayangnya kepadanya, kemudian dia (suami) menyebarkan rahasia istrinya, (dan istrinya membuka rahasia suaminya).” (H.R. Muslim).
orang yang tersinggung sulit diobati. Jika anggota badan yang terluka bisa dijahit dan diperban, tetapi jika hati yang terluka bisa dibawa sampai mati. Hari ini bisa ditekan, tapi besok bisa muncul kembali. Itulah sebabnya mengapa kita harus menjaga rahasia istri atau suami.

11. Berfasih-fasih dalam berbicara untuk menarik perhatian.
Salah satu modal untuk dapat diterima dalam menjalin hubungan dengan orang lain adalah menarik perhatian. Untuk itu, sering kali orang berakting untuk mendapatkan perhatian orang lain. Namun, kadang orang sering kebablasan dalam akting yang dimainkan, sehingga sering dijuluki over acting, sok gagah-gagahan, sok fasih.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat, adalah orang-orang yang buruk akhlaknya di antara kamu, yaitu orang yang banyak bicara, menekan-nekan suara, dan menfasih-fasihkan kata”. (HR. Ahmad)

Tidak termasuk dalam hal ini adalah ungkapan para khatib dalam memberikan
nasehat, selama tidak berlebihan atau penggunaan kata-kata asing yang membuat
pendengar tidak memahaminya. Sebab tujuan utama dari khutbah adalah menggugah hati, dan merangsang pendengar untuk sadar. Di sinilah dibutuhkan bentuk-bentuk kata yang menyentuh.

12. Dusta atau berbohong dalam perkataan, janji, dan sumpah.
Alloh berfirman dalam Q.S. Al-Hajj:30
“ …. hendaklah kita menjauhi perkataan dusta.”
Rasulullah SAW bersabda: “ Maukah kamu aku tunjukkan dosa-dosa besar? Kami menjawab: ya, tentu mau wahai Rasulullahn. Rasulullah SAW berkata: “Menyekutukan Alloh, durhaka kepada kedua orang tua, dan berkata dusta.” (Muttafa’alaih).
Imam Nawawi berkata: “Ketahuilah! Sesungguhnya menurut Madzhab Ahlus Sunnah, bahwa dusta itu ialah mengabarkan tentang sesuatu yang berlainan (berbeda/ menyalahi) keadaannya. Sama saja apakah engkau lakukan (dusta itu) dengan sengaja atau karena kebodohanmu (tidak sengaja). Akan tetapi tidak berdosa kalau karena kebodohan (tidak sengaja), dan berdosa kalau dilakukan dengan sengaja."
Firman Allah : “Wahai orang-orang beriman tepatilah janji…” QS :5:1
Pujian Allah SWT pada Nabi Ismail as: “Sesungguhnya ia adalah seorang
yang benar janjinya..” QS 19:54

Rasulullah SAW bersabda : “ada tiga hal yang jika ada pada seseorang maka dia adalah munafiq, meskipun puasa, shalat, dan mengaku muslim. Jika berbicara dusta, jika berjanji ingkar, dan jika dipercaya khiyanat”. (Muttafaq alaih dari Abu Hurairah)

Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya berbohong akan menyeret orang untuk curang. Dan kecurangan akan menyeret orang ke neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang berbohong akan terus berbohong hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pembohong” (Muttafaqalaih).

“Ada tiga golongan yang Allah tidak akan menegur dan memandangnya di hari kiamat, yaitu : orang yang mengungkit-ungkit pemberian, orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu, dan orang yang memanjangkan kain sarungnya” (HR Muslim).

“Celaka orang berbicara dusta untuk ditertawakan orang, celaka dia, celaka dia” (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi)

13. Ghibah (menceritakan keburukan orang lain)
Dalam Q.S. Al Hujurat: 12, Alloh SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (buruk), karena setengahnya itu dosa. Dan janganlah menyelidiki (mencari-cari) kesalahan orang lain, dan jangan pula sebagian kamu menggunjing (ghibah) atas sebagian yang lain. Maukah seseorang diantara kamu makan daging saudaranya yang telah mati? Pasti kamu jijik (tidak mau). Bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Penerima taubat dan lagi Maha Penyayang.”

Rasulullah SAW bersabda:
“Kerusakan yang dilakukan oleh ghibah (mengumpat / memfitnah) pada iman seorang mukmin lebih cepat daripada kerusakan yang disebabkan oleh penyakit aklah (penyakit yang memakan daging ditubuh manusia) pada tubuhnya.”

Dari Nawfal Al Bakali, Ali ra berkata:
“Janganlah berbuat ghibah, krn itu adl makanan anjing-anjing neraka.”

Diriwayatkan dari Abu Dzar, ia berkata: Ya Rasulullah, apakah ghibah itu? Rasul menjawab: Ghibah adalah menyebutkan tentang saudaramu akan sesuatu yang akan membuat dia merasa jijik. Aku berkata: Ya Rasulullah, bagaimana jika hal tersebut memang ada pada dirinya? Rasul menjawab: Ketahuilah, bahwa menyebut tentang sesuatu yang memang ada pada dirinya, berarti kamu telah mengumpatnya. Abu Dzar berkata: Nabi SAW bersabda: Ghibah merupakan suatu dosa yang lebih besar daripada berzina. Kataku: Bagaimana itu ya Rasulullah? (Rasul menjawab): itu karena orang yang berzina , jika dia bertaubat kepada Alloh, Alloh menerima taubatnya. Namun ghibah tidak diampuni Alloh, hingga korban daripada ghibah mengampuninya.

Rasulullah SAW juga bersabda:
“Wahai yang telah memeluk islam dengan lidah, namun iman belum masuk ke hatinya, janganlah menghina orang-orang muslim, dan janganlah membuka cacat-cacat mereka. Sesungguhnya Alloh akan membuka cacat-cacat mereka, dan barangsiapa yang dibukakan cacatnya oleh Alloh, maka ia akan senantiasa terhina, walaupun dirumahnya sendiri.”

Perkecualian barangkali berlaku pada seorang ulama shaleh yang arif bijaksana seperti Hasan Basri. Konon ia pernah diberitahu oleh seseorang bahwa dirinya dijelek-jelekkan (si fulan), lalu ia melakukan pembalasan pula. Harap jangan salah praduga, sebab pembalasan Hasan Basri bukan dengan omelan, apalagi tindakan fisik. Tak seorangpun tahu. Secara diam-diam- dia menghadiahkan makanan lezat kesukaan si fulan yang nakal tadi berupa buah kurma dengan kualitas paling istimewa (ruthab) seraya berkata, “ Aku dengar engkau telah memberikan amal baikmu kepadaku, lalu akupun ingin membalas pemberianmu itu, sekalipun mungkin terlalu sedikit dan tidak sesuai dengan apa yang engkau berikan,” ujarnya tulus. Akhlak mulia Hasan Basri menjadi teladan bagi si fulan, ia lantas bertaubat kepada Alloh atas kekhilafannya tersebut.

Menceritakan kekurangan orang lain dapat dibenarkan jika terdapat alasan berikut ini:

  1. Mengadukan kezaliman orang lain kepada qadhi
  2. Meminta bantuan untuk merubah kemunkaran
  3. Meminta fatwa.
  4. Memperingatkan kaum muslimin atas keburukan seseorang
  5. Orang yang dikenali dengan julukan buruknya
  6. Orang yang diceritakan aibnya, melakukan itu dengan terang- terangan(mujahir).


Hal-hal penting yang harus dilakukan seseorang yang telah berbuat ghibah
adalah :

  1. Menyesali perbuatan ghibahnya itu
  2. Bertaubat, tidak akan mengualnginya lagi
  3. Meminta maaf/dihalalkan dari orang yang digunjingkan
14. Sanjungan yang menjerumuskan
Imam Ats Tsauri menuturkan:
“Apabila engkau bukan termasuk orang yang takjub terhadap diri sendiri, hal lain yang perlu diingat adalah, hindarilah sifat senang disanjung orang.”
Maksudnya bukan orang lain tidak boleh memuji kita, tetapi janganlah kita meminta pujian dari orang lain.

Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa mencari ridha Alloh SWT, meskipun menimbulkan kemarahan manusia, niscaya Alloh SWT akan meridhainya dan akan membuat manusia ridha terhadapnya. Dan barangsiapa yang mencari kesenangan manusia hingga membuat Alloh murka, maka Alloh murka kepadanya dan membuat manusia murka kepadanya.”

Ada 2 jenis pujian:

1. Mengharapkan pujian/sanjungan dari orang lain. Seandainya orang yang senang dipuji selalu ingat (bahaya yang timbul dibalik pujian, yaitu orang orang yang memujinya akan balik mencelanya), niscaya ia menyadari bahwa dialah yang paling mengetahui akan kelemahan dirinya sendiri. Seorang ahli hikmah bertutur dalam syairnya:
Hai orang jahil yang terbuai dengan sanjungan yang menghanyutkan,
Kejahilan orang yang menyanjungmu jangan sampai menguasai kesadaranmu akan kadar dirimu
Pujian dan sanjungan itu ia ucapkan tanpa sepengetahuannya tentang hakikat dirimu
Dirimulah yang lebih mengetahui tentang baik buruknya dirimu

2. Memuji diri sendiri atas kekurangan yang ada padanya.
Ini termasuk merekomendasi terhadap dirinya sendiri. Padahal Alloh berfirman dalam Q.S An Najm:32: Janganlah kamu menganggap diri kamu suci.” seorang penyair berkata:

Sungguh aneh orang yang memuji dirinya sendiri
Namun tidak menyadari bahwa pujiannya itu sendiri adalah kekurangan dirinya
Seorang pemuda memuji diri atas kekurangan yang ada padanya
menyebut-nyebut aibnya sendiri hingga diketahui kejelekannya.

Pujian sekali-kali perlu diberikan untuk membuat orang lain berusaha bekerja lebih baik lagi. Karena, pada dasarnya semua orang mendambakan penghargaan walaupun hanya berupa kata-kata pujian.
Sanjungan / pujian yang baik adalah sanjungan yang dilandasi persahabatan yang dibangun atas dasar cinta kepada Alloh SWT.


Doa Ketika Dipuji Orang Lain

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.

[Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka.

15. Namimah (adu domba dan menghasut / memfitnah)
Alloh SWT berfirman dalam Q.S Al Qalam: 11-12
“ Suka mencela, yang kian kemari menyebarkan fitnah, yang merintangi segala yang baik, yang melampaui batas dan banyak dosa.”
Rasulullah SAW bersabda”
“Tidak masuk surga orang yang suka namimah.”
Ciri-ciri sifat namimah, antara lain:
bisa memisahkan seseorang dengan kerabatnya, seseorang dengan temen-temannya, bahkan dirinya dengan anggota saudaranya sendiri. Bahkan bisa menimbulkan tindak pembunuhan dan peperangan antara 2 kabilah.

16. Mengejek dan mencemooh ( menyebutkan hal yang bikin malu / kejelekan diceritakan untuk ditertawakan).
Menjelang perpisahannya dengan Nabi Musa, Nabi khidir as memberi nasehat, “ Hai Musa, janganlah telalu banyak bicara, dan jangan pergi tanpa perlu, jangan banyak tertawa, juga jangan menertawakan orang yang berbuat salah, dan tangisilah dosa-dosa yang telah kamu perbuat.”

Alloh SWT berfirman dalam Q.S. At Taubah: 82
“Maka hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.”

Rasulullah SAW juga bersabda:
“Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa,… (HR. Abu Dzar)

Dalam Q.S An Najm: 59-61:
“Alloh memperingatkan, “ Apakah dengan ajaran ini, kalian ta’ajub (heran)? Kamu tertawa dan tidak menangis, sedang kalian terlengah.”

Ibnu Abbas berkata: “Barangsiapa tertawa disaat berbuat maksiat, maka akan bercucuran tangis di neraka.”

3 perkara yang menyebabkan hati seseorang menjadi bebal dan membatu:
  1. Tertawa yang berlebihan
  2. Belum lapar sudah makan lagi
  3. Gemar omong kosong (bicara kesana kemari yang tidak berguna.)

Kepada seseorang yang kesibukannya membuat orang tertawa-tawa, sehingga bukan semata menjadi hiburan hati, tetapi sudah mengarah pada membuat orang menjadi lengah dan lupa, Rasulullah SAW bersabda:
“Celakalah orang yang berdusta supaya ditertawakan orang lain. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Tirmidzi)

Ada 4 hal yang menjadi obat mereka yang terkena “penyakit” ini (menurut Yahya Mu’adz Razy sebagaimana dikutip Al Faqih):
  1. Ingat dosa-dosa yang telah diperbuat selama ini.
  2. Sibuk dengan bekerja (memenuhi nafkah) untuk diri dan keluarga.
  3. Ingat bahwa jatah umur yang ada tinggal sedikit, dan akan datang kehidupan baru di akhirat.
  4. Memperhatikan setiap musibah yang menimpa, baik diri, keluarga, maupun orang lain. Muadz bin Jabal ra. berkata : Nabi Muhammad SAW bersabda : “ Barang siapa yang mencela dosa saudaranya yang telah bertaubat, maka ia tidak akan mati sebelum melakukannya” HR. At Tirmidzi
17. Bertanya yang bukan-bukan, hingga memberatkan orang yang menjawab.
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda: “Apa yang aku larang kalian dari (mengerjakan)nya maka jauhilah ia, dan apa yang aku perintahkan kalian untuk (melakukan)nya maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, karena sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan dan perselisihan mereka dengan para Nabi mereka.” (HR. Bukhari & Muslim)

Misalnya bertanya tentang hal-hal yang hanya diketahui oleh Alloh semata (nasibnya nanti, disurga atau di neraka, tentang hari kiamat, atau tentang ruh), tentang halal - haram, hal-hal yang belum terjadi yang sifatnya masih dugaan/ perandaian, dan bertanya hal yang sia-sia atau dengan maksud mengejek / menyombongkan diri.

Cara menjauhi bahaya lidah:
  1. Menjaga mulutnya agar tidak memakan makanan yang haram.
  2. Menjaga mulutnya agar tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya dikatakan.
  3. Menyadari bahwa setiap kata yang keluar dari mulut kita, nanti akan kita pertanggungjawabkan dihadapan Alloh SWT.
  4. Melatih diri untuk diam dari hal-hal yang tidak berguna.
  5. Menggunakan waktu secara efektif, tidak menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna.
Keluar masuknya sesuatu dari mulut harus benar-benar dijaga, sebab letak keselamatan manusia dunia dan akhiratnya itu terletak pada kemampuannya untuk menjaga hal-hal tersebut diatas.

Abu Bakar Ash Shiddiq pernah meletakkan tongkat dimulutnya seraya berkata “ Inilah yang dapat mengeluarkanku dari tempat-tempat keluar (maksudnya keluar dari batas-batas kebenaran).


WALLOHUA’LAM BISSOWAB


0 Response to "AFATUL ISAN"