Laki-laki
dan wanita "ditakdirkan" untuk saling tertarik. Pesonanya kerap
memberikan suasana yang lain daripada yang lain. Pokoknya, bikin hidup lebih
hidup. Lihat deh iklan salah satu produk rokok untuk pasar remaja, edisi
"jatuh cinta". Bener-bener lain dari yang lain. Maksudnya, rasakan
sendiri deh bedanya. Lho, kok nyuruh?
Hubungan
yang terjadi di antara mereka pun nggak jarang bikin heboh. Bahkan banyak
"diabadikan" melalui karya sastra dan seni yang bertebaran dalam
puisi, lagu, film, dan juga dalam cerpen atawa novel. Dalam lagu misalnya,
kayaknya nggak seru kalo nggak ada unsur hubungan antara dua jenis manusia ini.
Kamu bisa lihat sendiri, banyak musisi yang menjadikan "kisah"
hubungan antara kaum Adam dan kaum Hawa ini. Kisah cinta di antara keduanya pun
senantiasa menjadi cerita tersendiri yang menarik untuk disimak. Kisah tentang
kepedihan ataupun tentang kebahagiaan, kedua sisi itu tetap punya pesona.
Jelasnya,
laki-laki dan wanita ibarat magnet yang berbeda kutub. Satu sama lain saling
memiliki daya tarik. Kalo yang laki kutub selatan, maka yang perempuan sudah
pasti kutub utara. Atau sebaliknya. Dua kutub ini pasti saling tertarik dan
menarik. Kalo nggak saling menarik berarti ada apa-apanya. Misalnya, kedua
magnet itu tidak saling berdekatan. Sebab, "hukum asalnya", magnet
hanya akan saling menarik bila masih dalam medan magnet yang bisa dijangkaunya.
Kalo berjauhan dijamin kagak bakalan saling menarik. Coba aja, satu magnet
sepatu kuda di letakkan di Bandung, dan magnet lainnya disimpan di Jakarta.
Walah? He..he..he..
Sobat
muda muslim, hubungan antara lelaki dan wanita selalu menarik perhatian. Bahkan
ada teman yang bilang, bahwa intensitas pertemuan dua lawan jenis ini bisa
menimbulkan "energi" lain. Seperti rasa senang, suka, cinta, bahagia,
bahkan juga bisa kebencian. Wah, wah, wah. Kok?
Begini,
lelaki dan wanita memang diciptakan dengan kondisi yang berbeda satu sama lain.
Baik itu postur tubuh, cara bicara, cara berjalan, juga model suaranya.
Wis, pokoke berbeda banget di antara keduanya. Itu pulalah yang kemudian dalam
kehidupan sehari-hari memerlukan aturan baku yang bisa menjaga hubungan di
antara keduanya.
Dalam
batasan aurat misalnya, lelaki dan perempuan berbeda aturannya. Kalo perempuan
sekujur tubuhnya adalah aurat, kecuali muka dan kedua telapak tangannya. Itu
artinya, kalo keluar rumah, dan kalo ada lawan jenis yang bukan mahrom di
hadapannya, maka auratnya wajib tertutup rapat. Kalo anak laki gimana? Wah,
pasti kamu udah pada tahu dong. Yup, anak laki lebih "ringan".
Maksudnya cuma bagian pusar sampe lutut. Dengan begitu, anak laki kalo keluar
rumah atau bertemu dengan lawan jenisnya kudu menutup daerah batas aurat
tersebut. Kalo melanggar, ya berdosa, dong.
Sobat
muda muslim, dalam kondisi di lapangan, kita memang nggak mungkin bisa
menghindarkan diri 100 persen dari lawan jenis. Nggak. Nggak mungkin. Kalo pun
bisa, gharizah an-na'u (naluri mempertahankan jenis) akan senantiasa hadir
dalam diri kita. Bedanya, dalam hal kuat atau tidaknya gelombang perasaan
tersebut. Mungkin kalo sering bertemu, gelombangnya makin kenceng, bahkan
mungkin menandingi gelombang tsunami (emangnya bisa?). Tapi kalo jarang ketemu,
bisa tenang. Terdeteksi sih, kalo ada gelombang perasaan itu, tapi tak
sedahsyat kalo sering bertatap wajah atau dengerin suaranya di gagang telepon
saat kita mengontaknya.
Nah,
karena kita nggak mungkin hidup menyendiri, maka antara lelaki dan wanita juga
bisa dibangun mitra kerja. Anggaplah untuk beberapa keperluan, kita bisa
bekerjasama dengan lawan jenis. Dalam bahasa mudahnya, kita bisa berteman;
entah di kampus, di pesantren, di sekolah, atau di antara pengurus pengajian di
lingkungan tempat kita tinggal. Bisa aja kan itu terjadi. Dan memang mutlak
terjadi. Hanya saja, perlu aturan main juga, biar nggak kebablasan. Sebab,
adakalanya di antara kita yang lupa dan nggak ngeh. Mentang-mentang berteman,
tapi yang terjadi adalah gaul bebas. Kan itu bahaya binti gawat, iya nggak?
Jadi hati-hati deh! Berteman dengan lawan jenis
Sebut saja Rina, anak
kelas 3 SMU ini terkenal sering curhat sama Ferry, teman sekelasnya. Bagi
Rina, punya teman curhat lawan jenis betul-betul mengasyikkan. Alasan beliau,
kalo dengan anak cewek lagi suka nggak enak ati. Masih ada perasaan ragu dan
khawatir. Apalagi kebetulan temen-temen Rina mulutnya lebih dari satu.
Maksudnya doyan ngegosip ke sana kemari. Jadi Rina nggak mau curhat sama temen
ceweknya itu. Sebab, terlalu berisiko. Jangan-jangan masalah dirinya bakalan
diobral kepada siapa aja. Kan malu. Itu sebabnya Rina lebih percaya sama anak
cowok. Menurutnya, anak laki nggak banyak omong. Lagi pula, berdasarkan
pengalamannya, Ferry amat ngertiin kondisi dirinya. Karuan aja, itu membuat
Rina makin percaya sama anak cowok sekelasnya itu. Maklumlah,
anak cowok kan berbeda dalam mengendalikan emosinya ketimbang anak cewek.
Benarkah?
Jadi
deh, Rina lengket sama Ferry, bahkan punya lagu kebangsaan segala. Apalagi kalo
bukan lagu Sobat-nya Padi. Wah, Rina-Ferry ini deket banget bergaulnya. Meski
mereka menampik kalo hubungan keduanya adalah pacaran. "Nggak kok, kita
cuma berteman," kilah Rina. Hmm...
Sobat
muda muslim, Allah memang menciptakan dua jenis manusia ini. Bahkan bukan hanya
itu, Allah Swt. telah menciptakan manusia ini menjadi bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa. Tujuannya adalah untuk saling mengenal. Firman Allah Swt.:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal." (TQS al-Hujurât [49]:13)
Tapi
jangan salah, meski tujuan kita adalah berteman, tapi tetep kudu mematuhi
rambu-rambu pergaulan. Maklum, dengan lawan jenis kan ada
"magnetnya". Khawatir nggak tahan godaan. Entar "kecebur"
aja. Bahaya banget. Itu sebabnya, nggak boleh sesuka kita dalam berbuat. Tapi
ada aturan mainnya. Nah, karena kita adalah seorang muslim, maka tentu saja
yang dipakai adalah aturan Islam. Bukan aturan lain. Pastikan standarnya adalah
Islam.
Berteman
dengan lawan jenis, bukan berarti secara 'saklek' haram. Nggak. Silakan saja,
asal masing-masing memegang prinsip pergaulan yang diajarkan Islam. Sebab,
berteman adalah bagian dari sosialisasi kita. Dan yang namanya sosialisasi,
bukan berarti hanya dengan kawan sejenis aja kan? Tapi bisa lintas jenis. Anak
laki dengan anak puteri.
Kamu
yang kebetulan aktif di masjid sekolahan atau lembaga keislaman di kampus,
pasti saling membutuhkan peran masing-masing. Anak laki butuh teman dari
kalangan anak puteri, dan sebaliknya. Itu ada gunanya pas kita mengelola dakwah
di sekolah atau di kampus. Utamanya ketika kita harus berorganisasi untuk
keperluan pembinaan. Berarti berteman itu boleh-boleh saja, selama masih
menjaga batasan-batasan yang diajarkan Islam.
Seperti
apa sih aturan mainnya? Singkatnya begini, anak putra dan anak puteri kalo
bertemu untuk membicarakan suatu keperluan dakwah misalnya, harus tetap menjaga
diri. Keduanya usahakan harus bertemu di tempat umum; seperti masjid, jalan,
atau ruang kelas. Selain itu, kudu tetap menutup aurat. Terus, menjaga pandangan,
artinya mata kamu jangan jelalatan kayak mau maling jemuran (uppsss..). Meski
tentu nggak perlu terus menunduk (emangnya lagi ngegojlok semut?). Jangan lupa,
kita juga kudu sopan santun dalam berbahasa, artinya kita jangan sembarangan
ngomong. Anak puteri kalo pas ngomong dengan anak laki, suaranya jangan
dibuat-buat. Tahu kan yang kita maksud? Yes, dibuat semerdu mungkin atau
mendesah kayak para pesinden musik dangdut. Sebab, khawatir diterjemahkan lain
sama anak laki. Maklum, hubungan ini tetap menyimpan pesona. Sekali lagi,
hati-hati!
Untuk
semua itu, Allah Swt. Telah mengajarkan kepada kita melalui firman-Nya:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan
kain kerudung ke dadanya, (TQS an-Nûr [24]: 31)
Dalam
ayat lain Allah Swt. Berfirman: "Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (TQS an-Nûr [24]: 30)
Dengan
begitu, kamu kudu mampu untuk menjaga dan mempertahankan aturan main itu
sebagai tameng dalam berteman dengan lawan jenis. Sebab, banyak juga di antara
teman remaja yang ngakunya berteman, eh, buktinya malah pacaran. Kan itu
berbahaya sobat. Dosa!
Pacaran?
No Way!
Bagi
sebagian teman remaja, berteman dengan lawan jenis bisa dijadikan sebagai
sarana untuk menjajaki hubungan di antara keduanya. Malah lucunya, banyak juga
teman remaja yang sulit membedakan antara berteman dengan pacaran. Maklum, kalo
kita lihat di lapangan, anak laki dan anak puteri banyak juga yang main bareng
layaknya dengan kawan sejenis. Kadang
ada juga yang suka main timpuk-timpukan, atau saling curhat. Perbuatan itu
menurut sebagian besar teman remaja adalah wajar alias nggak ada yang perlu
dikhawatirkan. Padahal dalam ajaran Islam, hubungan mereka sudah termasuk gaul
bebas, meski tidak kelewat batas memang. Tapi celah itu bisa menjadi peluang
untuk berhubungan ke arah yang lebih jauh. Maksudnya
bisa bikin deket, makin deket dan pengen deket aja. Nggak heran kalo kemudian
banyak yang akhirnya nekat z-i-n-a. Naudzubillah min dzalik.
Sobat
muda muslim, pacaran adalah salah satu jalan menuju perzinaan. Itu sebabnya,
Allah Swt. sudah mewanti-wanti umat Nabi Muhammad ini melalui firman-Nya:
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Al Isra: 32).
Sobat
muda muslim, pacaran bagi sebagian besar teman remaja adalah aktivitas normal.
Yakni aktivitas yang tidak perlu dipersoalkan. Malah seringkali para aktivis
beratnya punya dalil, bahwa pacaran adalah bagian dari proses kehidupan,
khususnya dalam mengenal seseorang. Siapa tahu, suatu saat bisa terus ke
pernikahan. Walah? Padahal faktanya, banyak juga yang udah bertualang
"luar-dalam", akhirnya kagak jadian alias salah satu mengkhianati, yakni
menikah dengan orang lain. Wuah?
Kamu
jangan heran or bingung, dalam kondisi kehidupan yang jauh dari ajaran Islam
ini, banyak orang, termasuk remaja menjadi liar. Gaya hidup hedonis (mendewakan
kenikmatan materi dan jasmani) yang kemudian melahirkan gaya hidup permisivisme
(serba boleh). Akibatnya, banyak teman remaja yang memiliki gaya hidup
"semau gue". Khususnya,
dalam ajang gaul bebas.Kasihaaan deh kamu....
Oke deh, berteman yes, pacaran no!
0 Response to "Berteman Yes!, Pacaran No!"
Posting Komentar