Di mana aja, kapan aja, dan siapa aja dijamin nggak akan
bisa lolos dari serangan virus yang satu ini. Bukan DBD, Flu Burung, atau Worm.
Tapi virus yang kekuatannya bisa bikin sang pejuang mati-matian ngapalin lagu
melankolis First Love-nya Nika Costa atau Shoulder to Cry On-nyaM Tommy Page.
Meski nilai bahasa Inggris di raport-nya delapan ngakak alias 3! Pede banget
kan?
Yup. Virus yang dikenal dengan julukan virus merah jambu
(VMJ) pembangkit rasa cinta ini kagak ada matinya. Malah mungkin kita berharap
nggak mati-mati. Coz , hidup kita bakal terasa garing bin monoton tanpa
kehadiran cinta. Baik cinta kepada yang Maha Pencipta maupun kepada lawan
jenis. Ali bin Abdah berkata, “tak mungkin seseorang menghindar dari cinta,
kecuali orang yang kasar perangainya, kurang waras, atau tidak mempunyai
gairah.” Maka berbahagialah orang-orang yang masih bisa mencintai dan dicintai.
Ciee….Aa Gym banget neh!
Bener sobat, nggak lengkap rasanya jadi manusia kalo kita
nggak bisa mencintai dan dicintai. Karena ini fitrah. Jadi wajar aja kalo virus
ini merajalela mencari mangsa di setiap kesempatan. Maka di kalangan selebritis
dikenal istilah ‘cilok' alias cinta lokasi. Sebutan untuk pasangan seleb yang
terlibat jalinan asmara karena sering ketemu di lokasi syuting.
Ssttt….jangan bilang-bilang ya. Ternyata di kalangan
aktivis dakwah juga ada ‘cilok' lho. Hah?! Masa' sih? Beneran. Cuma di kalangan
jilbaber en jenggot simpatik ini, ‘cilok' berubah menjadi ‘CBSA'.
Mentang-mentang mayoritas pelajar. Do you know CBSA? Ini nih: Cinta Bersemi
Saat Aktif . (ehm..ehm..KLBK euy!) Tapi jangan salah, meski ‘Cilok' dan ‘CBSA'
sama-sama mengandung unsur cinta, tapi keduanya tetep beda. Kalo ‘CBSA', lebih
terjaga dari kontaminasi. Sementara ‘cilok' lebih kepada cinta yang ternodai.
Ups!
So, kalo kamu pengen tahu lebih banyak tentang CBSA, kamu
bisa tanya guru SD masing-masing. Tapi, kalo penasaran ama ‘CBSA', kamu dah
bener kalo baca Studia kali ini. Yuuuuk!
Romantika aktivis dakwah
Sobat muda muslim, kalo mengamati pergaulan para aktivis
dakwah mungkin ada beberapa pertanyaan yang mampir di benak kita. Apalagi
keseharian mereka yang gaul ama sesamanya. Cewek ama cewek. Cowok ama cowok.
Kesannya antilawan jenis banget. Apa mereka steril dari rasa cinta? Apa yang
ada dalam benak mereka cuma dakwah doang? Apa menjadi aktivis dakwah kudu punya
antivirus untuk menghadang VMJ? Apa-apanya dong…eh, kok jadi lagu sih?
Nggak usah dibikin pusing, sampe nyanyiin lagu Nek Titik
Puspa gitu. Para aktivis dakwah itu sama aja kayak kita. Sejenis manusia yang
punya rasa cinta. Cuma bedanya, mereka nggak show of forces untuk urusan ini.
Apalagi sampe deklarasi segala di acara reality show Katakan Cinta atau Playboy
Kabel . Nggak lah yauw. Mereka punya prinsip yang bagi sebagian orang terdengar
‘aneh' dalam hal pengungkapan rasa cinta. Anti-pacaran en nggak phobi ama nikah
dini. Catet ya!
Nah, masalah-nya, kita sering bertanya-tanya, gimana mungkin
bisa terjalin rasa cinta di antara mereka kalo mereka sendiri anti gaul bebas.
Bukankah gaul bebas itu terbukti menjadi media subur untuk memupuk rasa cinta
kepada lawan jenis? Eit, jangan salah. Nggak gaul bebas bukan berarti nggak
berinteraksi dengan lawan jenis. Emangnya penghuni dunia dakwah cuma satu
jenis? Tetep, aktivitas dakwah juga mengharuskan mereka berhubungan dengan
lawan jenis. Apalagi yang tergabung dalam sebuah organisasi. Kudu ada
konsolidasi dakwah. Inget-inget tuh!
Sebagai aktivis dakwah, tentu konsolidasi itu
mengharuskan pihak ikhwan (muslim) menjalin kerjasama dengan para anggota
‘diva' alias divisi akhwat (muslimah). Saling tukar informasi. Rapat bulanan
untuk evaluasi kinerja dakwah sekaligus planning untuk masa mendatang. Sampe
tergabung dalam kepanitiaan acara. Dan nggak mungkin kegiatan kayak di atas
dilakukan tanpa adanya pertemuan. Walau mungkin rapat bisa aja pake fasilitas
teleconference. Tapi itu pasti bakal menyedot banyak biaya. Bisa-bisa acaranya
nggak jadi digelar gara-gara nggak ada biaya. Berabe kan?
Nah, dari seringnya pertemuan itulah bisa menyita
perhatian khusus antar aktivis. Meski nggak terungkap, VMJ tengah mengamati
mangsa yang hendak diburu. Satu sama lain saling menyimpan rasa kagum. Dari
sinilah tumbuh perasaan simpati, empati, yang seterusnya bisa bikin jatuh hati.
Walau hanya tersimpan rapi dalam diary atau menghiasi relung hati. Intinya,
malu-malu tapi mau!
Proses tumbuh dan mewabahnya VMJ di kalangan aktivis,
nggak jauh beda dengan ‘cilok' ala seleb. Cinta bersemi saat aktif dalam
dakwah. Makanya kita nggak usah ragu bin worried untuk jadi seorang aktivis
dakwah. Pergaulan mereka yang terkesan anti-lawan jenis, hanya salah satu cara
buat nunjukkin kalo Islam juga punya aturan maen dalam pergaulan. Justru kita
kudu bangga jadi aktivis. Karena untuk urusan jodoh, Allah bakal ngasih pasangan
hidup yang ‘qualified' buat para aktivis pengemban dakwah yang istiqomah.
Firman Allah Swt:
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang
keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik
adalah untuk wanita-wanita yang (baik) pula.” (QS an-Nûr [24]: 26)
Mengendalikan rasa cinta
Sobat muda muslim, nggak salah kalo cinta bisa mendera
siapa aja. Termasuk para aktivis dakwah. Tapi tetep kita kudu waspada ama VMJ
ini. Soalnya orang bisa berubah karena kasmaran. Yang pasti nggak berubah jadi
Ksatria Baja Hitam . Tapi perubahan yang lambat laun nampak dalam diri kita.
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah
al-Musytaqin menuliskan komentar sejumlah orang tentang pengaruh cinta dalam
kehidupan seseorang.
Di antaranya sebagai berikut: “Cinta itu bisa menyucikan
akal, mengenyahkan kekhawatiran, mendorong untuk berpakaian rapi, makan yang
baik-baik, memelihara akhlak yang mulia, membangkitkan semangat, mengenakan
wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan
kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan
cobaan bagi yang ahli ibadah”.
Nah, lho? Ternyata cinta bukan cuma Anugerah Terindah
yang Pernah Kumiliki seperti kata Sheila On Tujuh. Tapi juga merupakan ujian
sekaligus cobaan buat orang shaleh, ahli ibadah, termasuk aktivis dakwah. Kok
bisa? Iya, karena cinta nggak cuma bisa mengubah penampilan aja. Dia juga bisa
membelokkan niat yang udah lurus. Komitmen dakwah bisa berubah. Aktivitas
dakwah yang awalnya diniatkan untuk mendapat ridho Allah bisa terkontaminasi
saat VMJ meradang. Ini yang kudu diwaspadai.
Tentu kita nggak pengen dong, aktivitas dakwah kita yang
mulia jadi kacau-beliau gara-gara kita terpana pesona cinta. Makanya kita kudu
pandai mengendalikan rasa itu. Seperti kata dokter, mencegah lebih baik
daripada mengobati. Untuk urusan cinta juga sama. Lebih baik kita mencegah
aktivitas yang bikin VMJ meradang. Ada dua hal yang bisa kita jalanin sebagai
langkah pencegahan (kayak 3M DBD aja neh!).
Pertama, dari dalam diri kita. Di sini kita kuatkan
benteng pertahanan dari serangan rasa cinta yang membabi buta. Caranya, rajin
puasa sunat. Rasulullah menganjurkan pemuda-pemudi untuk berpuasa sebagai satu
perisai takwa. Perbanyak membaca al-Qur'an, shalat tahajjud, dan berdzikir
kepada Allah saat godaan itu datang. Perbanyak juga doa kita kepada Allah.
Minta kepada-Nya biar kita dijauhin dari perbuatan yang haram, minta juga
kepada-Nya biar kita dikasih jodoh yang qualified dunia-akhirat. Mau dong?
Kedua, dari luar diri kita. Ini juga nggak kalah
pentingnya. Faktor lingkungan gampang banget meluluhlantakkan pertahanan yang
kita bangun. Itu sebabnya, kita kudu bisa menata lingkungan sekitar kita.
Misalnya, memini-malisasi pertemuan dan komunikasi dengan lawan jenis. Walau
itu untuk konsolidasi dakwah. Sorry, bukannya mo ngerecokin, cuma kita
khawatir, jiwa muda kita tak kuasa meredam gejolak rasa cinta itu. Kita juga
bisa gaul ama temen-teman yang bisanya nggak cuma manas-manasin doang. Tapi
mampu membantu kita menjaga izzah alias harga diri. Sehingga kita bisa belajar
menundukkan pandangan. Baik terhadap para ‘macan' (makhluk cantik) mau pun terhadap
media ‘syerem' yang bisa memacu adrenalin kita.
Kita kudu nyadar kalo seorang aktivis dakwah sering jadi
panutan dan teladan bagi orang lain. Nggak cuma Allah yang mengawasi tiap
omongan ama tingkah lakunya, tapi juga umat. Gimana jadinya kalo pas ngisi
pengajian begitu bersemangat bilang pacaran itu haram. Tapi, pas doi lagi
kasmaran, perilakunya nggak beda ama aktivis pacaran. Apalagi pake ngeles
dengan istilah ‘pacaran islami'. Idiih…malu ama umat tuh! Firman Allah Swt:
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada
kamu kerjakan. (QS ash-Shaf [61]: 3)
Menentukan prioritas
Sobat muda muslim, kalo kamu udah bisa atau minimal lagi
belajar mengendalikan rasa cinta, sekarang kamu udah pantes buat belajar
menentukan prioritas. Karena untuk urusan ekspresi cinta, Islam cuma mengatur
dua tahap. Khitbah dan nikah. Nggak ada lagi. Masalahnya, kadang para aktivis
dakwah yang mayori-tas pelajar terbentur dengan banyak hal sampe kerepotan
memilih satu di antara dua pilihan itu. Kalo pun ada yang berani, lebih
didominasi faktor emosi. Bisa jadi was-was sang target ‘disamber' duluan ama
yang laen (Emangnya bis kota maen serobot?)
Kalo mau khitbah dulu, kecil kemungkinan bisa bertahan
sampe kamu lulus sekolah atau kuliah terus dapet kerja. Bawaannya pasti pengen
segera ijab qabul . Padahal, segala kebutuhan keuangan masih disubsidi penuh
ama ortu. Bakal berabe ke depannya. Perhatian kamu bakal terpecah. Antara
beresin kuliah atau matengin rencana nikah. Bisa-bisa nggak optimal dua-duanya.
Padahal kehidupan rumah tangga bakal menuntut suami untuk mencari nafkah
materi. Nggak cuma bermodalkan cinta. Sementara ijazah pendidikan pun
adakalanya punya peranan bagi sang suami demi mem-peroleh nafkah.
Nah, kalo udah gini bagusnya kita pusatkan perhatian pada
aktivitas tholabul ‘ilmi yang lagi digeluti. Biar masa depan juga terbingkai
dengan rapi. Tapi, bukan berarti kita ngelarang kamu mikirin soal nikah lho.
Nggak. Silakan aja kalo kamu mau mulai mempelajari soal pernikahan lebih dalam.
Karena terpancing ama senior yang bilang nikah itu nikmat, indah dan ibadah,
misalnya. Tapi kamu kudu siap hadapi risiko yang bakal menyedot perhatian kamu.
Berani ambil risiko? Pikirkan dengan mateng!
Oke deh sobat. Kita percaya kamu-kamu bisa mengambil pilihan
dengan bijak. Jangan sampe CBSA bikin aktivitas dakwah kamu kendor. Catet,
sekali lagi kita ngingetin, dakwah itu untuk mendapat ridho Ilahi. Bukan karena
orang yang dikasihi. Dan jangan takut keduluan, karena jodoh masing-masing
nggak akan kelayapan. Oke? Tetap semangat! [hafidz]
0 Response to "Cinta Bersemi Saat Aktif"
Posting Komentar