“Aku akan pake jilbab kalo dah waktunya” inilah jawaban
seorang wanita saat ditanya kesiapannya menggunakan jilbab. Saat membaca
komentar ini akan banyak bermunculan cara meresponnya, bisa dengan mengelus
dada sambil beristighfar, bisa dengan menggelengkan kepala, tersenyum miris,
atau ada yang biasa saja bahkan ada yang mencoba memberikan dukungan. Saya tak
bermaksud untuk mendiskreditkan para kaum hawa dengan tulisan ini, melainkan
ini bertujuan dalam rangka mengingatkan antar sesama hamba Allah. Dan juga
meminta maaf jika bahasa yang saya gunakan nantinya agak tidak berkenan dihati
anda. Komentar diatas adalah salah satu jawaban dari seorang aktris ketika
diwawancarai oleh sebuah media saat meliput acara pengisi bulan ramadhan. Dalam
kesehariannya aktris tersebut hampir tidak pernah menggunakan jilbab hingga
hari itu dia menggunakan jilbab (karena ramadhan kali ya).
Sungguh menarik bagi saya saat dia memberikan jawaban bahwa
dia belum siap menggunakan jilbab, dia berujar bahwa berjilbab bukan hanya
untuk penampilan saja melainkan harus ada sinkronisasi dengan hatinya. Dalam
satu sisi saya sependapat dengannya karena sebagai muslim kita tak hanya
melakukan sesuatu tanpa tahu manfaatnya dan tak melahirkan efek terhadap pribadi,
namun di sisi lain saya sangat tidak sependapat dengan statement tersebut. Jika
melakukan sesuatu harus menunggu sampai hati ini ridha atau ada kesiapan diri
menerima kondisi tertentu, saya pikir akan banyak orang yang tak akan meraih
kesuksesan.
Saat orang ingin menjadi kaya, apakah dia harus menunggu mendapat uang banyak,
saham dimana-mana, mobil bejibun di parkiran. Ataukah dia harus berusaha
untuk mewujudkan keinginannya itu? jika usaha merupakan sebuah kesalahan, lalu
pertanyaannya kenapa banyak sekali hadir training-training entrepreneurship
yang bertujuan merangsang agar orang giat berkarir. Atau jika seseorang ingin
menjadi artis, apakah harus menunggu hingga ada sebuah agensi yang memberikan
tawaran kepadanya sementara dia hanya duduk diam di rumah. Ataukah dia
mempromosikan kelebihan yang skill yang dimilikinya.
Tak yang sesuatu yang datang dengan sendiri kecuali setelah jika ada yang
mengundang sesuatu itu sendiri dalam bahasa sederhana adalah USAHA. Sebuah
kelucuan jika ada yang ingin kaya tapi dia malas bekerja dan sangat boros
dengan uang yang dimilikinya. Begitupula jika kita ingin menjadi pribadi muslim
ideal maka salah satu cara yang efektif adalah mulai dari saat ini kita
menstimulus diri untuk melakukan sesuatu sesuai aturan yang ada. Bukan malah
menunggu hasil itu tiba namun melupakan proses yang harus dilalui. Hidayah
memang bukan dari manusia melainkan itu hak prerogatifnya Allah, namun hidayah
tak akan dijumpai jika tak ada gaya magnet keimanan yang mampu menarik hidayah
itu sendiri.
Saran ku untuk para kaum hawa yang membaca tulisan ini, mari segerakan diri
untuk mengikuti perintah-Nya. Jangan menunggu karena kita tak pernah tahu kapan
ajal akan menyapa kita. Tutuplah aurat mu, jangan biarkan keindahan itu menjadi
kusam karena terlalu sering ditampakan, jangan terlalu senang ketika ada
“kumbang” yang mencoba menghidap manisnya dirimu. Jangan terlalu bangga
memperlihatkan lekukan tubuh yang kau miliki yang mungkin tak semua orang
senang dengan itu bahkan bisa jadi merasa jijik dengan apa yang kau tampakkan.
Dan kepada para pejantan tangguh, aku ingin berpesan agar kita tak pernah
memilih sosok wanita yang telah lama mengobral tubuhnya, menjajakkan keindahan
dirinya. Cukup mahal yang harus kita berikan jika akhirnya kita hanya mendapat
yang “bekas”. Walaupun tak selamanya yang “bekas” itu buruk jika mampu menjaga
dengan sebaik-baiknya. Jangan mau mendapatkan hasil jajahan orang lain karena
masih banyak yang mampu mepertahankan “kemerdekaannya”. Dan jangan terlalu
bangga pula jika saat ini anda telah masuk dalam list penjajah itu, karena
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan dari muka bumi.
0 Response to "Hanya sedikit (tentang hijab)"
Posting Komentar