KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji
dan syukur kehadirat Allah SWT atas karuniaNya, serta shalawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Amiin.
Alhamdulillah senantiasa kami ucapkan atas rahmat
dan karuniaNya sehingga makalah kami ini dengan tema “Kitab Shalat (Pembahasan Hadits
Pertama dan Hadits terakhir)” dapat kami susun dengan sebaik-baiknya dan selesai
tepat pada waktunya. Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Zanuddin, M.Ag yang
telah membimbing kami sehinga makalah ini dapat tersusun dengan sebagaimana mestinya.
Harapan kami, semoga makalah kami ini dapat memberi manfaat yang berguna bagi kami pribadi, serta
teman-teman semua. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Banda Aceh, 05 Januari 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia
dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan. Sumber dari pengetahuan
tersebut ada dua macam yaitu naqli dan aqli. Sumber yang bersifat
naqli ini merupakan pilar dari sebagian besar ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan oleh manusia baik dalam agamanya secara khusus, maupun masalah dunia
pada umumnya. Dan sumber yang sangat otentik bagi umat Islam dalam hal ini
adalah al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW.
Allah
telah memberikan kepada umat kita pendahulu yang selalu menjaga al-Qur’an dan
hadits Nabi. Mereka adalah orang-orang jujur, amanah, dan memegang janji.
Sebagian di antara mereka mencurahkan perhatiannya terhadap al-Qur’an dan
ilmunya yaitu para mufassir. Dan sebagian lagi memprioritaskan perhatiannya
untuk menjaga hadits Nabi dan ilmunya, mereka adalah para ahli hadits.
Para
sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in, juga sangat memperhatikan untuk menjaga
hadits-hadits Nabi dan periwayatannya dari generasi ke generasi yang lain,
karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap agama. Mereka selalu mengajak
untuk mengikuti cara hidup dan perilaku Rasulullah sebagaimana firman Allah,
ôs)©9
tb%x.
öNä3s9
Îû
ÉAqßu
«!$#
îouqóé&
×puZ|¡ym
`yJÏj9
tb%x.
(#qã_öt
©!$#
tPöquø9$#ur
tÅzFy$#
tx.sur
©!$#
#ZÏVx.
ÇËÊÈ
”Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.” (Q.s al-Ahzab: 21)
Mereka
juga diperintahkan untuk mengerjakan apa yang dibawa oleh Nabi dan dilarang
untuk mengerjakan semua larangan beliau,
!$¨B
uä!$sùr&
ª!$#
4n?tã
¾Ï&Î!qßu
ô`ÏB
È@÷dr&
3tà)ø9$#
¬Tsù
ÉAqߧ=Ï9ur
Ï%Î!ur
4n1öà)ø9$#
4yJ»tGuø9$#ur
ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur
Èûøó$#ur
È@Î6¡¡9$#
ös1
w
tbqä3t
P's!rß
tû÷üt/
Ïä!$uÏYøîF{$#
öNä3ZÏB
4 !$tBur
ãNä39s?#uä
ãAqߧ9$#
çnräãsù
$tBur
öNä39pktX
çm÷Ytã
(#qßgtFR$$sù
4 (#qà)¨?$#ur
©!$#
( ¨bÎ)
©!$#
ßÏx©
É>$s)Ïèø9$#
ÇÐÈ
“Apa saja harta
rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang
berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di
antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.” (Q.s al-Hasyr: 7)
Keteladan
mereka kepada Rasulullah sangat luar biasa sehingga tidak pernah bertanya tentang
sebab atau musabab dari perbuatan beliau.[1]
Seperti inilah perhatian para salaf terhadap sunnah Rasulullah SAW.
Periwayatan
hadits masih tetap menjadi suatu kemulian bagi para sahabat dan para pendahulu
kita demi menjaga warisan Nabi , “Ilmu ini akan dibawa oleh orang-orang yang
adil dari setiap pendahulu, mereka menolak penyelewengan orang yang melampaui
batas, panutan orang-orang yang batil, dan penakwilan orang-orang yang bodoh”[2]
Untuk
menjaga keotentikan hadits Rasulullah kemudian hadits mulai dibukukan pada abad
ke-2, dan puncak ke emasannya pada pertengahan abad ke-3 yaitu dengan lahirnya
tokoh periwayat hadist Bukhari dan Muslim. Pada abad ini ditandai dengan
lahirnya kitab-kitab hadits shahih karya Imam Bukhari dan Muslim yang telah di
susun dalam bab-bab sesuai dengan pembahasan, salah satu pembahasannya tentang
bab shalat.
Dalam
kitab shalat ini beliau (Imam Bukhari) menjelaskan tentang kewajiban shalat, karena
waktu shalat telah ditentukan, Berbeda dengan rukun-rukun Islam lainnya.
Kemudian beliau membahas tentang sesuatu yang lebih umumn yaitu menutup aurat,
karena menutup aurat tidak khusus ketika shalat saja. Setelah itu, beliau
menjelaskan tentang menghadap kiblat karena hal ini merupakan kewajiban pada
shalat fardhu maupun sunnah kecuali dalam beberapa situasi yang dikecualikan
seperti shalat pada waktu berpergian (safar), kita mengetahui bahwa menghadap
kiblat memerlukan tempat, maka Imam Bukhari menyebutkan juga tentang masjid dan
sutrah (pembatas bagi orang yang shalat)
Inilah
yang dapat kami jelaskan berkenaan dengan kolerasi (keserasian) urutan
pembahasan tentang shalat dalam kitab al-jami’ ash-shahih (shahih
Bukhari) ini[3].
Meliputi pembahasan sekilas mengenai kitab shalat, riwayat hidup (biografi)
Imam Bukhari dan Imam Muslim, serta pembahasan hadits pertama dan terakhir
dalam bab shalat.
Semoga
apa yang kami tulis ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan khazanah keilmuan
bagi para pembacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pembahasan Sekilas Mengenai Kitab Shalat
Kitab shalat ini terdiri
dari 109 bab dan 143 hadits. Dalam kitab shalat ini juga dibahas secara khusus
tentang bab sutrah orang yang shalat (pembatas bagi orang yang shalat), di sini
kami hanya menyebutkan 15 bab saja. Adapun bab-babnya adalah:
١ باب كيف فرضت الصلأة في الأسراء(bagaimana shalat difardhukan
pada saat isra)/ 2 hadits
٢ باب وجوب الصلأة في ا لثياب (kewajiban shalat dengan
berpakaian)/ 2 hadits
٣ باب عقدالأء ﺬارعل القفافي الصلأة(mengikat
sarung ke tengkuk waktu shalat)/ 2 hadits
٤ باب الصلأة في الثوب الواحد ملتحفا به(shalat dengan menggunakan
sehelai pakaian dan menyelimutkannya)/ 5 hadits
٥ باب ٳﺬ صلأ في الثوب الواحد فليجعل عل عا تقيه(apabila
shalat dengan menggunakan sehelai pakaian, maka hendaknya mengikatkan ke pundaknya)/ 2 hadits
٦ باب ٳﺬ ا كان الثوب ضيفا(apabila pakaian sempit)/ 2
hadits
٧ باب الصلأة في الجبة الشامية(shalat dengan memakai jubah
buatan syam)/ 1 hadits
٨ باب كراهية التعري في الصلأة وغيرها(tidak
disenangi shalat dan lainnya dalam keadaan terbuka)/ 1 hadits
٩ باب الصلأة في القميص
ولسراويل والتبان والقباء (shalat dengan menggunakan gamis, celana panjang, celana pendek
dan baju luar)/ 2 hadits
٠١ باب ما يستر من العورة (aurat yang harus ditutupi)/ 2
hadits
١١ باب الصلأة بغير رداء(shalat tidak memakai selendang)/
1 hadits
١٢باب ما ي ﺬكرفي الفخﺬ عورة(tentang paha adalah aurat)/ 1
hadits
١٣باب في كم تصلأ المرٲة من الثياب(beberapa
kain yang dipakai wanita pada waktu shalat)/ 1 hadits
١٤باب ٳﺬ اصلأ في ثوب له ٲعلأم ونظر ٳلأعليها(apabila
shalat memakai kain bergambar dan melihat gambar tersebut)/ 1 hadits
١٥باب ٳن صلأ في ثوب مصلأ ٲوتصا وير هل تفسد صلأ ته وما
ينهي عن ﺬلك(jika shalat memakai baju bersalib atau bergambar, apakah
shalatnya rusak? Serta apa yang dilarang berkaitan dengan hal itu)/ 1 hadits.
- Sejarah Singkat Ahli Hadits
- Imam Bukhari
Imam Bukhari (semoga Allah merahmatinya) lahir di
Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad
bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju'fiy Al Bukhari,
namun beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat,
tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama
Bardizbeh, turunan Persi yang masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya,
Mughoerah, telah memeluk Islam di bawah asuhan Al-Yaman el-Ja’fiy. Sebenarnya
masa kecil Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak
yatim, juga tidak dapat melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau
kehilangan penglihatannya tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo'a
untuk kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah,
menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total.
Bukhari
dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu
Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara' dalam arti
berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya bersifat syubhat (ragu-ragu),
terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya haram. Ayahnya adalah seorang
ulama bermadzhab Maliki dan merupakan mudir dari Imam Malik, seorang ulama besar
dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.
Perhatiannya
kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun,
hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti
"al-Mubarak" dan "al-Waki". Bukhari berguru kepada Syekh
Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun
bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah, dimana di
kedua kota suci itu beliau mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits.
Pada usia 18 tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya "Qudhaya as
Shahabah wat Tabi’in" (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan
Tabi’in).
Bersama gurunya Syekh Ishaq,
beliau menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta
hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadits.
Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain
adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma'in, Muhammad bin
Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan
Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip dalam
kitab Shahih-nya.
Karyanya
yang pertama berjudul "Qudhaya as Shahabah wat Tabi’in"
(Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’in). Kitab ini ditulisnya
ketika masih berusia 18 tahun. Ketika menginjak usia 22 tahun, Imam Bukhari
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama dengan ibu dan kakaknya yang
bernama Ahmad. Di sanalah beliau menulis kitab "At-Tarikh" (sejarah)
yang terkenal itu. Beliau pernah berkata, "Saya menulis buku
"At-Tarikh" di atas makam Nabi Muhammad SAW di waktu malam bulan
purnama".
Karya Imam
Bukhari lainnya antara lain adalah kitab Al-Jami' ash Shahih, Al-Adab al
Mufrad, At Tharikh as Shaghir, At Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At
Tafsir Al Kabir, Al Musnad al Kabir, Kitab al 'Ilal, Raf'ul Yadain fis Salah,
Birrul Walidain, Kitab Ad Du'afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua
karyanya tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-Jami' as-Shahih yang
lebih dikenal dengan nama Shahih Bukhari.
b. Imam
Muslim
Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 202 H atau 817 M. Imam
Muslim bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin
Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi. Naisabur, yang sekarang ini termasuk wilayah
Rusia, dalam sejarah Islam kala itu termasuk dalam sebutan Maa Wara'a an
Nahr, artinya daerah-daerah yang terletak di sekitar Sungai Jihun di
Uzbekistan, Asia Tengah. Pada masa Dinasti Samanid, Naisabur menjadi pusat
pemerintahan dan perdagangan selama lebih kurang 150 tahun. Seperti halnya
Baghdad di abad pertengahan, Naisabur, juga Bukhara (kota kelahiran Imam
Bukhari) sebagai salah satu kota ilmu dan pusat peradaban di kawasan Asia
Tengah. Di sini pula bermukim banyak ulama besar.
Perhatian dan minat Imam Muslim terhadap ilmu hadits memang luar biasa. Sejak usia dini, beliau telah berkonsentrasi mempelajari hadits. Pada tahun 218 H, beliau mulai belajar hadits, ketika usianya kurang dari lima belas tahun. Beruntung, beliau dianugerahi kelebihan berupa ketajaman berfikir dan ingatan hafalan. Ketika berusia sepuluh tahun, Imam Muslim sering datang dan berguru pada seorang ahli hadits, yaitu Imam Ad Dakhili. Setahun kemudian, beliau mulai menghafal hadits Nabi SAW, dan mulai berani mengoreksi kesalahan dari gurunya yang salah menyebutkan periwayatan hadits.
Perhatian dan minat Imam Muslim terhadap ilmu hadits memang luar biasa. Sejak usia dini, beliau telah berkonsentrasi mempelajari hadits. Pada tahun 218 H, beliau mulai belajar hadits, ketika usianya kurang dari lima belas tahun. Beruntung, beliau dianugerahi kelebihan berupa ketajaman berfikir dan ingatan hafalan. Ketika berusia sepuluh tahun, Imam Muslim sering datang dan berguru pada seorang ahli hadits, yaitu Imam Ad Dakhili. Setahun kemudian, beliau mulai menghafal hadits Nabi SAW, dan mulai berani mengoreksi kesalahan dari gurunya yang salah menyebutkan periwayatan hadits.
Imam
Muslim yang dikenal sangat tawadhu' dan wara' dalam ilmu itu telah meriwayatkan
puluhan ribu hadits. Menurut Muhammad Ajaj Al Khatib, guru besar hadits pada
Universitas Damaskus, Syria, hadits yang tercantum dalam karya besar Imam
Muslim, Shahih Muslim, berjumlah 3.030 hadits tanpa pengulangan. Bila dihitung
dengan pengulangan, katanya, berjumlah sekitar 10.000 hadits. Sementara menurut
Imam Al Khuli, ulama besar asal Mesir, hadits yang terdapat dalam karya Muslim
tersebut berjumlah 4.000 hadits tanpa pengulangan, dan 7.275 dengan
pengulangan. Jumlah hadits yang beliau tulis dalam Shahih Muslim itu diambil
dan disaring dari sekitar 300.000 hadits yang beliau ketahui. Untuk menyaring
hadits-hadits tersebut, Imam Muslim membutuhkan waktu 15 tahun.
Imam
Muslim berhasil menghimpun karya-karyanya, antara lain seperti:1) Al-Asma’
wal-Kuna, 2) Irfadus Syamiyyin, 3) Al-Arqaam, 4) Al-Intifa bi Juludis Siba’, 5)
Auhamul Muhadditsin, 7)At-Tarikh, 8) At-Tamyiz, 9) Al-Jami’, 10) Hadits Amr bin
Syu’aib, 11) Rijalul ‘Urwah, 12)Sawalatuh Ahmad bin Hanbal, 13) Thabaqat, 14)
Al-I’lal, 15) Al-Mukhadhramin, 16) Al-Musnad al-Kabir, 17) Masyayikh
ats-Tsawri, 18) Masyayikh Syu’bah, 19) Masyayikh Malik, 20) Al-Wuhdan, 21)
As-Shahih al-Masnad.
Imam Muslim wafat pada Ahad sore,
pada tanggal 24 Rajab 261 H. Semoga Allah SWT merahmatinya, mengampuni segala
kesalahannya, serta menggolongkannya ke dalam golongan orang-orang yang sholeh.
Amiin.
BAB
III
PEMBAHASAN
TENTANG HADITS PERTAMA DAN HADITS TERAKHIR DARI KITAB SHALAT
BAB 1: Bagaimana Shalat
Difardhukan Pada Saat Isra
Penjelasan: Hadits ini menjelaskan
tentang pemulaan shalat yang diperintahkan kepada Rasulullah SAW oleh Allah
SWT, yaitu dengan peristiwa isra dan mi’raj yang dilalui dalam beberapa
peristiwa pertemuan dengan para Nabi-nabi sebelumnya. Perintah shalat ini pada
awalnya diterima sebanyak 50 rakaat, namun dengan pertimbangan bahwa umat Nabi
Muhammad tidak akan mampu melaksanakan shalat 50 rakaat tersebut akhirnya
dikurangi menjadi 25 rakaat, dan dengan pertimbangan lagi bahwa hal demikian
tidak akan mampu juga dilaksanakan oleh umat Nabi Muhammad akhirnya shalat
ditetapkan oleh Allah menjadi 5 rakaat dalam sehari-semalam (peristiwa dialog
ini tejadi dengan Nabi Musa a.s).
BAB 2: Wanita
Menghilangkan Kotoran Dari Tubuh Orang yang Shalat
Penjelasan: Hadits ini menjelaskan
tentang menghilangkan kotoran dari tubuh orang yang shalat, dikarenakan kotoran
tersebut disebabkan ada seseorang yang meletakkannya. Apabila hal ini terjadi
maka shalat seseorang itu adalah sah dan tidak batal. Kejadian ini pernah
dialami oleh Nabi kita Rasulullah SAW ketika lagi shalat kaum kafir Qurasy
menaruh kotoran di antara kedua bahu beliau, lalu diketahui oleh anak beliau
Fatimah Az-Zahra kemudian Fatimah membersihkannya hingga Rasulullah selesai
shalat dan kemudian mendo’akan para kafir Qurasy itu ditimpakan kecelakaan.
BAB
IV
PENUTUP
Hadits
adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW baik itu perkataan
(qauli), perbuatan (fi’li), dan penetapan beliau (taqrir).
Para
sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in, juga sangat memperhatikan untuk menjaga
hadits-hadits Nabi dan periwayatannya dari generasi ke generasi yang lain,
karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap agama. Mereka selalu mengajak
untuk mengikuti cara hidup dan perilaku Rasulullah.
Keteladan
mereka kepada Rasulullah sangat luar biasa sehingga tidak pernah bertanya tentang
sebab atau musabab dari perbuatan beliau. Seperti inilah perhatian para salaf
terhadap sunnah Rasulullah SAW.
Periwayatan
hadits masih tetap menjadi suatu kemulian bagi para sahabat dan para pendahulu
kita demi menjaga warisan Nabi , “Ilmu ini akan dibawa oleh orang-orang yang
adil dari setiap pendahulu, mereka menolak penyelewengan orang yang melampaui
batas, panutan orang-orang yang batil, dan penakwilan orang-orang yang bodoh”[4]
Untuk
menjaga keotentikan hadits Rasulullah kemudian hadits mulai dibukukan pada abad
ke-2, dan puncak ke emasannya pada pertengahan abad ke-3 yaitu dengan lahirnya
tokoh periwayat hadist Bukhari dan Muslim. Pada abad ini ditandai dengan
lahirnya kitab-kitab hadits shahih karya Imam Bukhari dan Muslim yang telah di
susun dalam bab-bab sesuai dengan pembahasan, salah satu pembahasannya tentang
bab shalat.
Kitab
shalat ini terdiri dari 109 bab dan 143 hadits. Dalam kitab shalat ini juga
dibahas secara khusus tentang bab sutrah orang yang shalat (pembatas bagi orang
yang shalat),
0 Response to "Kitab Shalat (Pembahasan Hadits Pertama dan Hadits terakhir)”"
Posting Komentar