Metode dan Kelompok Mufasir Syi'ah

blogger templates
Kelompok-kelompok yang telah kami sebutkan sebelumnya adalah kelompok para mufasir Ahlus Sunnah. Telah kita ketahui bahwa mereka memiliki metode tertentu dalam menafsirkan Al-Quran. Mereka memakai metode ini sejak masa pertumbuhannya. Metode mereka itu ialah membandingkan hadis-hadis Nabi dengan pen­dapat-pendapat para sahabat dan tabi'in. Mereka melarang peng­gunaan nalar terhadap hadis-hadis, karena penggunaan nalar seperti itu dianggap sebagai ber-ijtihad terhadap nash. Tetapi setelah ter­jadi pertentangan, penyusupan dan pemalsuan dalam hadis-hadis, kelompok keenam mulai menggunakan pendapat-pendapat mereka sendiri tentang hadis-hadis itu.
Adapun metode Syi'ah dalam menafsirkan Al-Quran berbeda dengan metode Ahlus Sunnah. Oleh karena itu, pembagian ke­lompok-kelompok mereka berbeda dengan kelompok-kelompok yang telah disebutkan di atas. Berdasarkan nash Al-Quran, Syi'ah berpendapat bahwa sabda Nabi Muhammad s.a.w., sebagaimana ditunjukkan oleh Al-Quran, merupakan dasar yang tepat dalam menafsirkan Al-Quran. Syi'ah juga berpendapat bahwa para sahabat dan tabi'in adalah seperti kaum Muslimin lainnya. Pen­dapat mereka tidak dapat dijadikan hujah, kecuali jika berdasarkan hadis Nabi. Dalam hadits tsaqalain, dengan sanad mutawatir, disebutkan bahwa sabda Ahlul Bait Nabi yang suci mengiringi sabda beliau, sehingga sabda mereka juga metupakan hujah. Oleh karena itu, dalam menafsirkan Al-Quran, Syi'ah menerima apa yang diriwayatkan dari Rasulullah dan Ahlul Baitnya, sehingga kelompok mufasir Syi'ah adalah sebagai berikut:
Kelompok pertama adalah orang-orang yang mengemukakan tafsir dari Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait, dan mereka me­masukkan hadis-hadis itu dalam berbagai karangan mereka, seperti Zurarah, Muhammad bin Muslim, Ma'ruf, Jarir dan lain-lain.[1] Kelompok kedua adalah orang-orang yang pertama kali me­nulis buku tafsir, seperti Furat bin Ibrahim al-Kufi, Abu Hamzah as-Tsali, al-'Iyasyi, Ali bin Ibrahim al-Qummi dan an-Nu'mani.[2]
Dalam menafsirkan Al-Quran, mereka menggunakan metode yang digunakan oleh kelompok-keempat mufasir Ahlus Sunnah. Mereka mengemukakan hadis-hadis yang diriwayatkan dari kelom­pok pertama, dan memasukkannya ke dalam karangan-karangan mereka dengan menyebutkan sanad -nya, dan mereka tidak menge­mukakan pendapat mereka sendiri tentang masalah yang sedang dibahas. Jelas, waktu yang dibutuhkan untuk menerima riwayat­riwayat dari para Imam adalah lama, sampai kurang lebih tiga ratus tahun, sehingga wajar bila urut-urutan waktu dua kelompok ini tidak dapat ditentukan secara tepat, bahkan kedua kelompok itu saling berbaur dan sulit dipisahkan. Mufasir-mufasir pertama Syi'ah sedikit sekali mengutip hadis-hadis yang berbentuk riwayat yang tidak disebutkan sanad-nya (mursal) dalam buku-buku tafsir mereka. Contoh untuk pengutipan hadis-hadis yang diriwayatkan tanpa sanad adalah Tafsir al-'lyasyi yang, oleh sebagian muridnya, sanad-sanad-nya dibuang demi keringkasan. Kemudian naskah ringkasan itu menjadi terkenal dan menggantikan naskah aslinya. Kelompok ketiga adalah orang-orang yang memiliki berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti asy-Syarif Radhi dengan buku tafsirnya yang bercorak sastra; Syaikh ath-Thusi dengan buku taf­sirnya yang bercorak teologi, yang dinamakannya at-Tibyan; Maula Shadrudin asy-Syirazi dengan buku tafsirnya yang bercorak filsafat; al-Maibadi al-Kunabadi dengan buku tafsirnya yang bercorak tasawuf; dan Syaikh Abdul Ali al-Huwaizi, Sayyid Hasyim al­ Bahrani serta al-Faidhul Kasyani dengan buku-buku tafsir mereka: Nuruts Tsaqalain, al-Burhan dan ash-Shafi.[3]
Ada juga sekelompok ulama yang mengumpulkan berbagai macam ilmu pengetahuan dalam buku tafsir mereka, antara lain adalah Syaikh ath-Thabarsi dengan buku tafsirnya Majma'ul Bayan. Di dalam buku ini dibahas ilmu-ilmu bahasa, nahwu, qira-ah, teologi, hadis dan lain-lain.[4]




[1] Zurarah bin A'yun bin Muslim, seorang ahli flkih Syi'ah, murid-pilihan Imam al­Baqir dan ash-Shadiq a.s. Ma'ruf bin Khurbuz dan Jarir termasuk murid-murid pilihan Imam as-Shadiq a.s.

[2] Furat bin Ibrahim dari Kufah, pengarang buku tafsir yang terkenal dan gutu Ali bin Ibrahim al-Qummi (Raihanatul Adab). Abu Hamzah as-Tsali, ahli fikih Syi'ah dan murid-pilihan Imam as-Sajjad dan al-Baqir a.s. Muhammad bin Mas'ud al-Kufi as-Samar­kandi al-Iyasyi, ulama Syi'ah Imamiah yang terkemuka dalam paruh kedua abad ketiga Hijrah (Ibid). Ali bin Ibrahim al-Qumnu, seorang guru hadis mazhab Syi'ah. Hidup pada akhir abad ketiga dan awal abad keempat Hijrah. Muhammad bin Ibrahim an-Nu'mani, ulama terkemuka Syi'ah Imamiah. Murid Tsiqatul Islam al-Kulaini. Hidup pada awal abad keempat Hijrah.

[3] Asy-Syarif ar-Ridha Muhammad bin Husain al-Musawi adalah seorang ahli hukum Syi'ah Imamiah yang terkemuka, dan pada masanya menjadi orang yang paling ahli syair dan sastra. Di antara karangan-karangannya adalah Nahjul Balaghah. Meninggal pada 404 (406?) H (Raihanatul Adab). Syaikh Thaifah Muhammad bin Hasan ath-Thusi ada­lah seorang ulama Syi'ah Imamiah yang terkemuka. Di antara karangan-karangannya ada­lah at-Tahzib dan al-Istibshar yang merupakan salah satu buku standar tentang hadis bagi golongan Syi'ah. Meninggal pada 460 H (Ibid). Shadrul Muta$llihin Muhammad bin Ibrahim asy-Syirazi adalah seorang filosof terkenal, pengarang buku Asrarul Ayat dan Majmu'atut Tajasir. Meninggal pada 1050 H (Ibid). Sayyid Hasyim al-Bahrani adalah pengarang empat jilid besar tafsir al-Burhan. Meninggal pada 1107 H (Ibid). AI-Faidhul Kasyani, Maula Muhammad Muhsin bin al-Murtadha, pengarang kitab ash-Shafi dan al­ Ashafa. Meninggal pada 1091 H (Ibid). Syaikh Abdul Ali al-Huwaizi asy-Syirazi, penga­rang buku Nuruts Tsaqalain dalam lima jilid. Meninggal pada 1112 H (Ibid ).

[4] Aminul Islam al-Fadl bin Hasan ath-Thabarsi, seorang ulama Syi'ah Imamiah yang terkemuka dan pengarang Majma'ul Bayan dalam sepuluh jilid. Meninggal pada 548 H (Ibid).

0 Response to "Metode dan Kelompok Mufasir Syi'ah"